5
Manzilah kosong
Posted by Unknown
on
4/18/2013 05:46:00 AM
Kata-kata ini bukan batu karang
yang dapat menimbulkan memar disetiap hamparan air. Tidak, bukan pula yang
dapat menimbulkan suara gemercik air dihamparan pasir putih. Bahkan bukan juga
juataan atom yang mengikis kerasnya batu karang, partikel zat yang mampu
membuat jutaan bahkan triliunan buih garam yang bermain dihamparannya.
Hewan laut pun muncul dari lubang
kecil dihamparan pasir. Dengan malu menampakkan kedua mata yang menjulur
keatas. Jepitan yang dapat meninggalkkan bekas, bukan bekas yang hanya terlihat
oleh mata, tetapi mata hati. Bukan kah aku yang sedemikian itu.
Semua kata-kata ini hanyalah
alga. Alga ditetepian ombak. Pantulan matahari yang berlomba-lomba masuk melewati celah-celah buih air, melekat
dengan atom-atom pun dengan partikel-partikelnya menjadi hiasan tersendiri.
Tersapu ombak, tampaklah warna-warna sedemikian rupa. Tidak menimbulkan bekas
yang berarti tapi indah untuk dinikmati. Warna adalah warnaku.
Hempasan ombak begitu deras.
Terdampar sudah algaku ditetepian. Kering, tak menyejukkan mata memandangnya. Hanya
sebuah alga?! Rumput kering?! Tak indah
untuk dinikmati lagi. Semua keindahan itu sudah hilang. Rapuh bak halnya
sampah. Warna bukan lagi warnaku. Warnaku hanya sebuah buaian kecil semata yang
sempat bercengkrama dengan mata hati. Tak
seperti pelangi kemarin, warnaku sekarang adalah warna buta. Tak ada lagi
tempat untuk menaruh warnanya.